ASUHAN
KEPERAWATAN JIWA
GANGGUAN
CITRA TUBUH
Makalah ini disusun untuk
Memenuhi tugas mata kuliah Sistem Neurobehavior
dibimbing
Oleh Dhita Kurnia Sari S.Kep.Ns
oleh :
Asep Nuryadi
1311B0062
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA MITRA HUSADA
KEDIRI
2017
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah
yang berjudul “ASKEP JIWA GANGGUAN CITRA TUBUH” dengan baik. Penyusunan makalah
ini, merupakan salah satu tugas mata kuliah Sistem
Neurobihavior diSTIKes SURYA MITRA HUSADA KEDIRI.
Dalam
penyusunan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada penulisan
maupun materi, untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Kediri, 30 Maret 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................ i
Daftar Isi ......................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah ............................................................................... 2
1.3
Tujuan penelitian ................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Definisi ............................................................................................... 3
2.2
Etiologi ............................................................................................... 3
2.3
WOC .................................................................................................. 4
2.4
Faktor-faktor yang mempengaruhi Citra Tubuh ................................. 4
2.5
Negatif dan positif Citra Tubuh ......................................................... 4
2.6
Tanda dan Gejala ................................................................................ 5
2.7
Faktor Presdisposisi ............................................................................ 5
2.8
Faktor Presipitas ................................................................................. 6
2.9
Stressor yang dapat menyebabkan Gangguan Citra Tubuh ................ 6
3.10 Respon klien
terhadap Gangguan Citra Tubuh ................................. 6
BAB III KASUS ............................................................................................ 8
BAB IV ASUHAN
KEPERAWATAN
4.1
Pengkajian .......................................................................................... 9
4.2
Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji ............................. 9
4.3
Diagnosa Keperawatan ....................................................................... 9
4.4
Rencana Tindakan Kepeawatan Gangguan Citra Tubuh ................... 10
4.5
Evaluasi .............................................................................................. 12
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
......................................................................................... 14
5.2 Saran ................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Proses keperawatan pada klien
dengan masalah kesehatan jiwa merupakan tantangan yang unik karena masalah
kesehatan jiwa mungkin tidak dapat dilihat langsung seperti pada masalah
kesehatan fisik, memperlihatkan gejala yang berbeda, dan muncul oleh
berbagai penyebab. Kejadian masa lalu yang sama dengan kejadian saat ini,
tetapi mungkin muncul gejala yang berbeda. Banyak klien dengan masalah
kesehatan jiwa tidak dapat menceritakan masalahnya bahkan mungkin menceritakan
hal yang berbeda dan kontradiksi. Kemampuan mereka untuk berperan dalam menyelesaikan
masalah juga bervariasi (Depkes RI. 1993).
Gangguan citra tubuh adalah
kekacauan pada cara seseorang merasakan citra tubuhnya. Evaluasi diri dan
perasaan tentang kemampuan diri negatif, yang dapat diekspresikan secara
langsung atau tidak langsung.
Suatu gangguan citra tubuh dapat diketahui perawat dengan mewawancarai dan
mengamati pasien secara berhati-hati untuk mengidentifikasi bentuk ancaman
dalam citra tubuhnya (fungsi signifikan bagian yang terlibat, pentingnya
penglihatan dan penampilan fisik bagian yang terlibat); arti kedekatan pasien
terhadap anggota keluarga dan anggota penting lainnya dapat membantu pasien dan
keluarganya .
Hubungan saling percaya antara
perawat dan klien merupakan dasar utama dalam melakukan asuhan keperawatan pada
klien gangguan jiwa. Hal ini penting karena peran perawat dalam asuhan
keperawatan jiwa adalah membantu klien untuk dapat menyelesaikan masalah sesuai
kemampuan yang dimiliki. Klien mungkin menghindar atau menolak berperan serta
dan perawat mungkin cenderung membiarkan, khususnya pada klien yang tidak
menimbulkan keributan dan yang tidak membahayakan (Depkes RI. 1993).
1.2
Rumusan Makalah
1.
Jelaskan konsep tentang citra tubuh?
2.
Jelaskan asuhan keperawatan tentang konsep diri yaitu
citra tubuh?
1.3
Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengerti tentang “ASUHAN DAN GANGGUAN CITRA TUBUH ”
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami tentang pengertian dan semua teori gangguan citra
tubuh.
b. Mampu memahami tentang proses keperawatan pada klien dengan
kecemasan dan gangguan citra tubuh.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Citra tubuh adalah
kumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak disadari terhadap
tubuhnya, termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta perasaan tentang
struktur, bentuk, dan fungsi tubuh karena tidak sesuai dengan yang diinginkan. Citra Tubuh merupakan
salah satu komponen dari konsep diri yang membentuk persepsi seseorang tentang
tubuhnya baik secara internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang ditujukan pada
tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang karakteristik dan
kemampuan fisik dan oleh persepsi dari pandangan orang lain (Potter &
Perry, 2005).
Suatu gangguan citra
tubuh dapat diketahui perawat dengan mewawancarai dan mengamati pasien secara
berhati-hati untuk mengidentifikasi bentuk ancaman dalam citra tubuhnya (fungsi
signifikan bagian yang terlibat, pentingnya penglihatan dan penampilan fisik
bagian yang terlibat); arti kedekatan pasien terhadap anggota keluarga dan
anggota penting lainnya dapat membantu pasien dan keluarganya (Kozier, 2004).
2.2
Etiologi
1.
Eksisi bedah atau gangguan bagian tubuh
Enterostomi, Mastaktomi, Histerektomi, Pembedahan
kardiovaskuler, Pembedahan leher radikal, Laringektomi
2.
Amputasi pembedahan atau traumatik
3.
Luka bakar
4.
Trauma wajah
5.
Gangguan makan
6.
Obesitas
7.
Gangguan muskuluskeletal
8.
Gangguan integumen
9.
Lesi otak
a. Cerebrovaskular
accident
b. Demensia
c. Penyakit
parkinson
10. Gangguan
afektif
a. Depresi
b. Skizofrenia
11. Penyalahgunaan
bahan kimia
12. Nyeri
13. Respon
masyarakat terhadap penuaan (agetasim)
a. Umpan
balik interpersonal negatif
b. Penekanan
pada produktivitas
2.3
WOC
Harga Diri Rendah
↑
Gangguan citra tubuh
↑
Penyakit Fisik
2.4
Faktor-faktor
yang mempengaruhi Citra Tubuh
Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan
fisik. Perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan
mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh dibandingkan dengan aspek
lainnya dari konsep diri. Selain itu, sikap dan nilai kultural dan sosial juga
mempengaruhi citra tubuh. Pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan
fisik dan oleh persepsi dan pandangan orang lain. Cara individu memandang
dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologinya. Pandangan yang
realistik terhadap dirinya, menerima dan mengukur bagian tubuhnya akan
membuatnya lebih merasa aman sehingga terhindar dari rasa cemas dan
meningkatkan harga diri.
2.5 Negatif dan Positif Citra Tubuh
Citra tubuh yang negatif
merupakan suatu persepsi yang salah mengenai bentuk individu, perasaan yang
bertentangan dengan kondisi tubuh individu sebenarnya. Individu merasa bahwa
hanya orang lain yang menarik dan bentuk tubuh dan ukuran tubuh individu adalah
sebuah tanda kegagalan pribadi. Individu merasakan malu, self-conscious, dan
khawatir akan badannya.
Citra Tubuh yang
positif merupakan suatu persepsi yang benar tentang bentuk individu, individu
melihat tubuhnya sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Individu menghargai badan/tubuhnya
yang alami dan individu memahami bahwa penampilan fisik seseorang hanya
berperan kecil dalam menunjukkan karakter mereka dan nilai dari seseorang.
Individu merasakan bangga dan menerimanya bentuk badannya yang unik dan tidak
membuang waktu untuk mengkhawatirkan makanan, berat badan, dan kalori.
2.6 Tanda dan Gejala
1. Syok
Psikologis
Syok Psikologis
merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan dapat terjadi pada
saat pertama tindakan. Syok psikologis
digunakan sebagai reaksi terhadap ansietas. Informasi yang terlalu banyak dan
kenyataan perubahan tubuh membuat klien menggunakan mekanisme pertahanan diri
seperti mengingkari, menolak dan proyeksi untuk mempertahankan keseimbangan
diri.
2. Menarik
diri.
Menjadi sadar
akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan , tetapi karena tidak mungkin maka
lari atau menghindar secara emosional, menjadi pasif, tergantung , tidak ada
motivasi dan keinginan untuk berperan dalam perawatannya.
3. Penerimaan
atau pengakuan secara bertahap.
Setelah sadar
akan kenyataan maka respon kehilangan atau berduka muncul. Setelah fase ini
klien mulai melakukan reintegrasi dengan gambaran diri yang baru.
4. Menolak
melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah.
5.
Tidak menerima perubahan tubuh yang terjadi.
6. Menolak penjelasan perubahan
tubuh.
7. Persepsi negatif terhadap tubuh.
2.7 Faktor Predisposisi
1. Faktor
yang mempengaruhi harga diri meliputi perilaku yang objektif dan teramati serta
bersifatsubjektif dan dunia dalam pasien sendiri. Perilaku berhubungan dengan
harga diri yang rendah, keracuan identitas, dan deporsonalisasi.
2. Faktor
yang mempengaruhi peran adalah streotipik peran seks, tuntutan peran kerja,
dan harapan peran kultural.
3.
Faktor yang mempengaruhi identitas personal
meliputi ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan
perubahan dalam struktur sosial.
2.8 Faktor Presipitasi
1. Trauma
seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian mengancam
kehidupan
2.
Ketegangan peran hubugnan dengan peran
atau posisi yang diharapkan dimana individu mengalaminya sebagai frustasi. ada
tiga jenis transisi peran :
1)
Transisi peran perkembangan
2)
Transisi peran situasi
3)
Transisi peran sehat /sakit
2.9 Stressor yang dapat Menyebabkan
Gangguan Citra Tubuh
1.
Perubahan
ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit
2.
Perubahan
bentuk tubuh : tindakan invasif, seperti operasi, suntikan, daerah pemasangan
infuse.
3.
Perubahan
struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh disrtai dengan pemasanagn alat di
dalam tubuh.
4.
Perubahan
fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah system tubuh.
5.
Keterbatasan
: gerak, makan, kegiatan
6.
Makna dan
obyek yang sering kontak : penampilan dan dandan berubah, pemasangan alat pada
tubuh klien ( infus, fraksi, respitor, suntik, pemeriksaan tanda vital, dll).
3.
Respon Klien terhadap Gangguan Citra Tubuh
1.
Respon
terhadap kelainan bentuk atau keterbatasan dapat berupa:
a.
Respon
penyesuaian
Menunjukkan rasa sedih dan duka cita (rasa shock, kesangsian, pengingkaran, kemarahan,
rasa bersalah atau penerimaan)
b.
Respon
mal-adaptip
Lanjutan terhadap penyangkalan yang berhubungan dengan kelainan bentuk atau
keterbatasan yang tejadi pada diri sendiri. Perilaku yang bersifat merusak,
berbicara tentang perasaan tidak berharga atau perubahan kemampuan dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan.
2.
Respon
terhadap pola kebebasan – ketergantungan dapat berupa:
a.
Respon
penyesuaian
Merupakan tanggung jawab terhadap rasa kepedulian (membuat keputusan) dalam
mengembangkan perilaku kepedulian yang baru terhadap diri sendiri, menggunakan
sumber daya yang ada, interaksi yang saling mendukung dengan keluarga.
b.
Respon
mal-adaptip
Menunjukkan rasa tanggung jawab akan rasa kepeduliannyaterhadap yang lain
yang terus-menerus bergantung atau dengan keras menolak bantuan.
3.
Respon
terhadap Sosialisasi dan Komunikasi dapat berupa:
a.
Respon
penyesuaian
Memelihara pola sosial umum, kebutuhan komunikasi dan menerima tawaran
bantuan, dan bertindak sebagai pendukung bagi yang lain.
b.
Respon mal-adaptip
Mengisolasikan dirinya sendiri,
memperlihatkan sifat kedangkalan kepercayaan diri dan tidak mampu menyatakan
rasa (menjadi diri sendiri, dendam, malu, frustrasi, tertekan) (Carol, 1997).
BAB III
KASUS
Tn.B, usia 21
tahun mengeluh sakit kepala, mual dan muntah serta demam sejak 5 hari yang
lalu. Klien sudah berobat ke klinik 24 jam namun panasnya belum juga turun,
selanjutnya klien di rujuk ke RS untuk mendapatkan layanan kesehatan lebih
lanjut. Di RS, klien melakukan pemeriksaan darah yang hasilnya menunjukkan
bahwa klien menderita demam berdarah. Klien harus menjalani masa perawatan
sampai masa kritisnya dapat terlampaui. Selama dirawat klien di pasang infus
dan diambil darah untuk pemeriksaan setiap pagi. Klien mengeluh tangan yang
terpasang infus mengalami kesemutan dan bekas tusukan jarum suntik terlihat
lebam dan terlihat klien menutupi tangan nya, klien merasa bosan karna harus
diambil darahnya terus-menerus dan tidak percaya diri dengan keadaan tangan
nya. Klien tidak mau dilakukan terapi pengambilan darah oleh perawat.
BAB IV
ASUHAN
KEPERAWATAN
4.1 Pengkajian
Pengkajian perubahan citra tubuh terintegrasi dengan
pengkajian lain. Setelah diagnosa, tindakan operasi dan program terapi biasanya
tidak segera tampak respon pasien terhadap perubahan-perubahan. Tetapi perawat
perlu mengkaji kemampuan pasien untuk mengintegrasikan perubahan citra tubuh
secara efektif.
4.2 Masalah keperawatan dan data yang perlu
dikaji
A.
Gangguan citra tubuh : Perubahan bentuk tubuh
DS :
·
Klien mengeluh tangan yang terpasang infus
mengalami kesemutan
·
Klien merasa tidak percaya diri dengan
keadaan tangan nya
DO :
·
Tangan pasien terdapat lebam bekas tusukan jarum
suntik
·
Klien Nampak menutupi tangan yang lebam dengan
selimut
B. Harga
diri rendah
DS :klien merasa tidak percaya diri dengan
keadaan tangan nya.
DO : klien tidak mau dilakukan terapi pengambilan
darah oleh perawat
C. Penyakit
fisik
DS :
·
Klien mengeluh sakit kepala , mual dan muntah
serta demam.
·
Kien meras bosan karena harus diambil darahnya terus-menerus
DO : klien di pasang infus dan diambil darah untuk
pemeriksaan setiap pagi
4.3
Diagnosa Keperawatan
Selama pasien dirawat, perawat melakukan tindakan
untuk diagnosa potensial, dan akan dilanjutkan oleh perawat di Unit Rawat Jalan
untuk memonitor kemungkinan diagnosa aktual.
Beberapa diagnosa gangguan citra tubuh adalah
potensial gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan efek pembedahan serta
menarik diri yang berhubungan dengan perubahan penampilan (Keliat, 1998).
Adapun Diagnosa yang mungkin Muncul diantaranya:
1.
Gangguan citra tubuh
2.
Harga diri rendah
3.
Penyakit fisik
4.4
Rencana Tindakan Keperawatan
Gangguan Citra Tubuh
Tujuan tindakan
keperawatan bagi pasien perubahan citra tubuh adalah meningkatkan keterbukaan
dan hubungan saling percaya, peran serta pasien sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki, mengidentifikasi perubahan citra
tubuh, menerima perasaan dan pikirannya, menetapkan masalah yang
dihadapinya, mengidentifikasi kemampuan koping dan sumber pendukung lainnya,
melakukan tindakan yang dapat mengembalikan integritas diri.
A. Gangguan citra tubuh
Rencana
tindakan :
1.
Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses
penyakit, harapan masa depan.
2.
Diskusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada
pasien/orang terdekat.
Memastikan bagaimana pandangaqn pribadi pasien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek seksual.
Memastikan bagaimana pandangaqn pribadi pasien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek seksual.
3.
Diskusikan persepsi pasien mengenai bagaimana orang
terdekat menerima keterbatasan.
4.
Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan
menyangkal atau terlalu
memperhatikan perubahan.
memperhatikan perubahan.
5.
Susun batasan pada perilaku mal adaptif. Bantu pasien
untuk mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping.
6.
Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan
membuat jadwal aktivitas.
7.
Bantu dalam kebutuhan perawatan yang diperlukan.
8.
Kolaborasi : Rujuk pada konseling psikiatri, mis :
perawat spesialis psikiatri, psikolog.
9.
Kolaborasi : Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis;
anti ansietas dan obat-obatan peningkat alam perasaan.
B. Harga
diri rendah
Rencana
tindakan :
·
Bina hubungan saling percaya dengan meng-gunakan
prinsip komunikasi terapeutik :
1) Sapa klien dengan ramah baik
verbal maupun non verbal.
2) Perkenalkan diri dengan sopan.
3) Tanyakan nama lengkap dan nama
panggilan yang disukai klien.
4) Jelaskan tujuan pertemuan.
5) Jujur dan menepati janji.
6) Tunjukan sikap empati dan
menerima klien apa adanya.
7) Beri perhatian dan perhatikan
kebutuhan dasar klien.
·
Diskusikan dengan klien tentang :
1)
Aspek positif yang dimiliki klien, keluarga, lingkungan.
2)
Kemampuan yang dimiliki klien.
·
Bersama klien buat daftar tentang :
1)
Aspek positif klien, keluarga, lingkungan.
2)
Kemampuan yang dimiliki klien.
·
Beri pujian yang realistis, hindarkan memberi
penilaian negatif.
·
Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat
dilaksanakan.
·
Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
pelaksanaannya.
·
Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat
dilakukan setiap hari sesuai kemampuan klien :
1)
kegiatan mandiri.
2)
kegiatan dengan bantuan.
·
Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi klien.
·
Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien
lakukan.
·
Anjurkan klien untuk melaksanakan kegiatan
yang telah direncanakan.
·
Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien.
·
Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien.
·
Diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan setelah
pulang.
·
Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang
cara merawat klien dengan harga diri rendah.
·
Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien di
rawat.
·
Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
C. Penyakit
fisik
Rencana
tindakan :
·
Beri kompres air hangat.
·
Berikan/anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000
cc/hari (sesuai toleransi).
·
Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis
dan mudah menyerap keringat.
·
Kaji frekuensi mual dan muntah
·
Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan
diantara waktu makan.
·
Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas.
·
Berikan antiemetic.
4.5
Evaluasi
Keberhasilan
tindakan terhadap perubahan gambaran tubuh pasien dapat diidentifikasi melalui
perilaku pasien yaitu memulai kehidupan sebelumnya, termasuk hubungan
interpersonal dan sosial, pekerjaan dan cara berpakaian, mengemukakan
perhatiannya terhadap perubahan citra tubuh, memperlihatkan kemampuan koping,
kemampuan meraba, melihat, memperlihatkan bagian tubuh yang berubah, kemampuan
mengintegritasikan perubahan dalam kegiatan (pekerjaan, rekreasi dan seksual),
harapan yang disesuaikan dengan perubahan yang terjadi, mampu mendiskusikan
rekonstruksi (Keliat, 1998). Penyesuaian terhadap perubahan citra tubuh melalui
proses seperti berikut:
1.
Syok
psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan dapat
terjadi pada saat pertama pembuatan stoma ditetapkan sebagai tindakan atau pada
saat stoma telah ada (paska operasi). Syok psikologis digunakan sebagai reaksi
terhadapa ansietas. Informasi yang terlalu banyak dan kenyataan perubahan tubuh
membuat pasien menggunakan mekanisme pertahanan seperti mengingkari, menolak,
projeksi untuk mempertahankan keseimbangan diri.
2.
Menarik
diri, pasien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan tetapi
karena tidak mungkin maka pasien menghindari/lari secara emosional. Pasien
menjadi positif, tergantung, tidak ada motivasi dan keinginan untuk berperan
dalam perawatannya.
3.
Penerimaan/pengakuan
secara bertahap. Setelah pasien sadar akan kenyataan maka respon
kehilangan/berduka muncul. Setelah fase ini pasien mulai melakukan reintegrasi
dengan citra tubuh yang baru.
4. Integrasi
merupakan proses yang panjang dapat mencapai beberapa bulan, oleh karena itu
perencanaan pulang dan perawatan dirumah perlu dilaksanakan. Pasien tidak
sesegera mungkin dilatih (Keliat, 1998).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Citra tubuh adalah
bagaimana cara individu mempersepsikan tubuhnya, baik secara sadar maupun tidak
sadar yang meliputi ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi tubuh berikut
bagian-bagiannya. Dengan kata lain, citra tubuh adalah kumpulan sikap individu,
baik yang disadari ataupun tidak yang ditujukan terhadap dirinya.
5.2 Saran
Setiap orang harus bisa
menerima apapun yang ada pada dirinya, sehingga jika ada ketidakpuasan persepsi terhadap tubuhnya
tidak membuat individu merubah dirinya kearah yang negatif. Maka ketika
individu berhasil untuk menerima dirinya sendiri dan bisa mencapai sesuatu hal
tersebut. Dan pada akhirnya pandangan manusia dalam mendeskripsikan pandangan
terhadap citra tubuhnya bukan memburuk tetapi berharap lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 1993, Pedoman Penggolongan
Diagnostik Gangguan Jiwa di Indonesia. III Depkes RI.
Keliat,.B.A. 2009.
Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC.
suwun mas asep askepnya???
BalasHapusjos gandos gan
sama sama gan, Terimakasih komennya.
BalasHapusTrimaksih sangat membantu mas askepnya
BalasHapusCasino Review & Exclusive Bonus up to $1000 | Wooricasinos
BalasHapusIs this 크레이지 슬롯 a good 토토 사이트 추천 casino to play at? 먹튀검증 abc-1111 Our Casino Review I really like the variety of games available. In my opinion it is the best option for 해외 배팅 사이트 가입 you. Rating: 4 kbo 분석 · Review by Wooricasinos
PokerStars Sportsbook debuts on mobile sports betting in
BalasHapusPokerStars 나주 출장마사지 Sportsbook 동두천 출장샵 debuts on mobile 파주 출장마사지 sports betting in 경산 출장안마 Colorado. Bet $1 on all 경상북도 출장안마 your favorite poker games, including Big Win Poker.